Rabu, 31 Desember 2008

Mobil Mewah dan Busung Lapar : Ulah Pejabat Sial di NTT

“Mobil Mewah dan Busung Lapar”. Ya.... artikel itu saya ambil dari sebuah artikel dari koran Kompas tanngal 19 Desember 2008 ; hari jumat kemarin. Saya akan sedikir mengutip beberapa fakta yang ada di NTT , di tanah air kita ini.

Ternyata jumlah rumah tangga miskin di NTT mencapai 623.137 kepala keluarga, yang jika diasumsikan satu orang memiliki lima orang anggota keluarga ; masih dalam artikel di Kompas tersebut, maka warga miskin di NTT seluruhnya adalah sekitar 3 dari 4.4 juta jiwa. Ya! Kasarnya 3 dari 4 orang adalah penduduk miskin.

Lebih jauh lagi, 84.887 balita mengalami gizi buruk. Dari total 512.407 balita, yang kalo dihitung secara sangat kasar, berkerikil dan berbatu tajam berarti 1 dari 6 (yang ga sih) balita mengalami gizi buruk.

Ok, kita lupakan masalah angka nan panjang cem rantai domba mau disembelih yang membuat saya malas untuk menyalin angka itu dari koran. Kita masuk ke fakta yang sangat kontradiktif dengan keadaan di atas.

Ternyata, ketika warga mereka tinggal dalam gubuk yang sudah sangat reyot dan jatuh bergelimpangan dalam kemiskinan itu, pejabat dan elit politik daerah itu berlomba-lomba memperkaya diri. Mobil kijang innova yang harganya naudubillah itu (setidaknya buat saya) dianggap tidak layak digunakan lagi setelah 3 tahun (padahal motor saya aja dari 2002 ga pernah ada masalah tuh). Mobil mobil yang katanya udah mulai usang itu kemudian diganti dengan mobil Nissan yang harganya pastinya (ga tau juga sih, gw taunya harga hape, ga ngerti kayak gituan) lebih mahal.

Katanya juga sih, sangat sulit untuk mendata berapa banyak mobil baru yang dibeli di sana, banyak para elit politik memiliki lebih dari satu mobil ; walaupun berbeda plat : merah dan hitam. Lebih jauh lagi, serasa dibutakan oleh harta, di Manggarai, Ruteng (di mana pula itu, masih di NTT tentunya yah) ada pejabat yang membangun rumah dan menghabiskan 2 Milyar seorang diri.

Di Kupang, rumah gubernur dibangun dengan dana 15 Milyar (seperempat puluhnya dana yang diselamatkan KPK dari koruptor ; ga penting ah), sementara Rumah dinas walikota 14 Milyar, lengkap dengan lapangan tenis dannnnnnnn KOLAM RENANG. Yak! KOLAM RENANG. Ntahlah siapa BAJINGAN KUTU KELEK (istighfar juuullll, astagfirullohhhhh) yang ngebangun KOLAM RENANG ketika warganya lagi kesulitan air bersih dan harus membeli air bersih 50Rb per tangkinya,,,,, aji gileee

sepertinya program CSR aqua (yang membuat saya berdoa agar yang mencetuskan program itu diberikan kesejukan dalam hidupnya seperti kesejukan mereka yang mendapatkan manfaat dari air itu ) harus masuk daerah ini dan sebagian sumber airnya harus diambil dari kolam renang para pejabat, kamar mandinya, WC nya, sampe airnya yang biasa dipake buat cebok pejabatnya........ (astagfirullah juuullll.....)

saya jadi ingat seorang yang sangat bijaksana, hanya dalam imajinasi di benak saya dan imajinasi di benak beberapa dari kita – atau mungkin lebih tepat di imajinsai seorang JK Rowling ketika Prof. Albus Dumbledore (dalam buku JK Rowling Harry Potter dan Relikui Kematian) berkata :”......Kekuasaan adalah hal yang aneh, Harry, tetapi mereka barangkali paling cocok untuk kekuasaan adalah mereka yang tidak pernah mencarinya”

Tapi jangan salah, apa yang si prof katakan dalam novel itu ternyata senada dengan apa yang dikatakan oleh Rasululloh ketika Abu Musa radhiallahu ‘anhu dan kedua temannya menemui Rasululloh, kemudian dua temannya itu meminta mengangkat mereka sebagai pemimpin :

إِنَّا لا نُوَلِّي هذا مَنْ سَأَلَه وَ لاَ من حَرَصَ عليه
Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 7149 dan Muslim no. 1733)

Yah, ituloh dua quote yang sangat menggelitik hati saya. Justru ketika seseorang menginginkan suatu jabatan ; di manapun itu, berarti dia ingin mendapatkan suatu keuntungan dari jabatan itu. Dan keuntungan itu mau tak mau didapat dari beberapa peluang yang saya tidak tahu rinciannya apa saja, mungkin hanyalah sekedar memenuhi obsesi, kebanggaan, atau malah pengen balik modal kampanye, memperkaya diri, atau yang lainnya. Ya! Ntahlah.......

Tapi yang jelas hal ini memang sifat dasar menusia. Tidak usah ada memungkiri, dan jika Anda salah satu dari mereka yang memungkirinya, berarti Anda telah berbohong kepada hati nurani Anda. Hati nurani yang telah dengan setia berjanji kepada Alloh yang Esa – tiada sekutu baginya – akan selalu menjadi hambaNya yang setia – sebelum ditiupkan ke dalam jasadnya di perut seorang Ibu.,........

kembali ke topik sebelumnya. Jadi apa yang akan terjadi ketka seorang telah terobsesi dengan jabatannya. Susah dah kalo dah di Indonesia. Seorang walikota bisa saja membatu tidak dapat mengambil keputusan karena kepentingan parpol yang mendukungnnya mengeroyok nya dari segala arah dengan kepentingan yang berbeda – sedikit lebih daripada bertolak belakang – yang keduanya bisa saja terjadi.

Seorang gubernur mungkin saja ingin modal kampanyenya kembali dan dengan banyak cara mencoba hal itu terealisasi. Padahal, dari 15jt gaji pokoknya, konon 10 jt harus dikasihin ke partai (dengar desas desus sih, yang ini jangan dijadikan referensi, mohon dikoreksi jika salah)

Saya hanya menggangguk yakin namun penuh dengan pilu bercampur kemarahan yang amat ketika melihat quote yang ada di artikel yang sama dengan koran yang saya sebutkan di atas :”Pejabat hidup dalam kemewahan, rakyat miskin menumpuk di tebing sampah; mengais di antara jejal belatung. Kemiskinan enggan pergi di antara jeritan hati yang memilukan. Generasi persadaku hilang satu per satu, yang masih tersisa memandang kekeringan panjang dengan bolat mata yang redup. “ (Ises Pugel, Pesona Hati, 2008)



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Hemm..

Makanya saya nggak pernah berminat jadi pemimpin...

----

Tentang di NTT, awak prihatin juga, mobil mewah rasanya masih kebutuhan quartier buat pemerintah daerah sana. sayang uangnya...

Air bersih juga susah, kalo nggak salah anak Tekim udah nemu tuh membran yang bisa menjernihkan air, kenapa nggak kita pasang di sana saja :)

Rachavidya mengatakan...

yup, gw mang lebih prefer pemimpin tuh dipilih karena kapasitasnya ,, bukan rebut2an kesempatan,,

masa da calon legislatif,, tapi cuma jual popularitas,, g tahu malu apa