Jumat, 12 September 2008

suatu hari di SMP Negeri 666 Bandung......

suatu hari, saya mendapatkan tawaran mengajar dari salah seorang rekan guru saya, Yana (bukan nama sebenarnya), yang mengajar di salah satu SD swasta di Bandung. dengan koneksinya yang sangat banyak, dia mendapatkan tawaran untuk mengajar di SMP Negeri 666 (bukan nama sebenarnya juga sih, ntar gw di blacklist lagi) karena ada lowongan di sana.

kemudian, karena disiplin ilmu yang ditawarkan ketika itu ada Matematika, Bahasa Inggris, dan Pengetahuan Lingkungan, sedangkan Yana merupakan seorang guru PAI, Agama Islam, maka beliau menawarkan saya untuk menjadi guru di sana.

saya mengiyakan, mengingat saya memang hobi mengajar adik2 SMP. saya pun membuat CV, seperti yang beliau amanatkan.

selang satu minggu,saya pun mengantarkan CV yang sudah saya buat tadi langsung ke TU SMPN 666 Bandung itu. ketika menemui salah seorang TU, terjadilah percakapan yang aneh......

Zul : Pak, saya dengar di sini sedang membutuhkan guru untuk mengajar Pengetahuan Lingkungan...
TU : Oh ya? (dengan muka sok bingung) Anda dengar dari mana?
Zul : Dari bu Yana, pak. kalo tidak salah dia mengajar PAI (saya belum tau kalo beliau tidak mengajar di sana)
TU : oh, begini dek....... di sini tidak ada yang namanya Bu Yana. dan kamipun tidak menerima guru. karena menurut Undang-Undang [idealis mode = on] pun kami masih belum bisa menerima guru sampai tahun 2009 nanti.
zul : oh, begitu ya pak. baiklah, terima kasih

nah, akhirnya saya bingung dan pulang dengan kecewa. "dedikasi" yang tadinya ingin saya berikan gagal dah. hiks hiks hiks......

selang satu minggu, saya ditelepon oleh rekan saya Yana. beliau memberi tahu saya, bahwa CV itu harusnya tidak diberikan langsung kepada TUnya, melainkan harus dititpkan kepada Yana langsung. karena informasi ini hanyalah untuk informasi orang dalam saja..

ooohhh, berarti akhirnya saya mengerti arti dari tatapan sok idealis dan sok ga ngerti dari TU SMPN 666 itu (tampangnya alim loh padahal, kecewa). memang hal ini dia rahasiakan. bahkan harus membawa nama UU segala. untung bukan nama Tuhan yang dibawa

yang saya kecewa adalah, sistem seperti ini membuat pendidikan agak susah untuk berkembang. mereka yang masuk menjadi tenaga kerja, dalam hal ini guru, menjadi kurang terseleksi dengan baik. hal ini menyebabkan persaingan SMP negeri dengan SMP swasta dalam hal kualitas kurang. SMP negeri yang unggulan, sebenarnya karena inputnya saja bagus. maklum dong kalo input bagus output juga bagus. bukan proses pendidikan dari SMP itu yang bagus, hanya inputnya.

yah, pandanglah beberapa SMPN dan SMAN di Bandung (saya pernah dicibir oleh salah satu wakasek SMAN gara2 mau masuk aksel. kehilangan masa muda katanya. kalo pandangan wakasek terhadap mereka yang pengen berprestasi aja gini, bisakah pendidikan di dalamnya dikatakan bagus?)

sedangkan kualitas yang bagus dari SMP swasta lebih murni karena usaha dari SMP SMA itu sendiri. (ini mungkin sisi baik dari liberalisme pendidikan). mereka lebih care untuk terus memajukan cara pendidikan dan metodanya (sebut saja SMP Salman Alfarisi yang punya sistem yang bagus dalam pendidikan TIK, teknologi informasi dan komunikasi)

masalah yang lainnya adalah mentalitas dari guru itu sendiri. kalo dengan cara ini mereka mendapatkan pekerjaan, nepotisme, bagaimanakah persaingan sehat dalam metoda pengajaran bisa dilakukan?

di satu sisi saya kecewa karena kebohongan si TU tadi, bahkan dengan melampirkan Undang-Undang yang telah ia (atau kepala sekolahnya) langgar sendiri. satu sisi yang lain sebenarnya saya bersyukur, ternyata Alloh telah menolong saya dari sistem yang sucks seperti itu......

6 komentar:

abuazzam17 mengatakan...

gile..blog sapa nih?? keren banget!!
ohhh blognya zul toh, pantes keren....
gile lu zul, gak nyangka tulisan2 lu keren banget kayak gini...
nice post gan...
keep posting bro...

Zulfikar hakim mengatakan...

lebay lo wul.......

Anonim mengatakan...

Entah kenapa lamaranku tak ada satupun yang mendapat respon di Bandung. Ada satu atau dua, tapi ujung-ujungnya seperti jadi penggembira saja :). Untuk itu aku memilih kembali ke Jakarta, setidaknya di sini persaingannya lebih murni. Lamaranku ke beberapa sekolah lebih mendapat tanggapan yang positif. Aku mungkin saja salah menilai, tapi ya, pikiran itu sempat melintas di kepalaku juga akhirnya.

Zulfikar hakim mengatakan...

memang kualitas pendidikan di Bandung tuh... aduuuhhhh. susah diungkapkan dengan kata-kata

jakarta kan memabg lebih bagus to?

echuu mengatakan...

kualitas pendidikan di Bandung???

saya gak tau kalau dibandingin dengan daerah lain, tapi yang pasti di smp/sma negeri favorit: gurunya aneh-aneh.

satu hal lagi yang pasti tentang smp/sma di bandung : ceweknya aduhai :D

A Nurezka Pahlevi mengatakan...

bandung oh bandung...

saya jadi gak hasrat kerja jadi PNS di bandung bang....hehehe